NASIONALISME BANGSA JEPANG
Latar belakang
Nasionalisme di Jepang muncul setelah
kedatangan bangsa barat ke Jepang yang dipelopori oleh Commodore Matthew
Calbraith Perry yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian Shimoda oleh
Shogun Yoshinabu Tokugawa pada tahun 1854 yang isinya pelabuhan-pelabuhan
Shimoda dan Hakodate dibuka untuk perdagangan bangsa asing. Sejak saat itu
Jepang menjadi negara yang terbuka untuk bangsa barat dan bangsa-bangsa yang
lain. Sebelumnya Jepang menerapkan politik isolasi yang membatasi kontak dengan
bangsa lain. Pada waktu itu, di Jepang sedang terjadi gerakan anti Shogun
(Shogun adalah pemerintahan yang bercorak militer yang dipimpin oleh seorang
panglima tentara, Sering juga disebut dengan pemerintahan Bakufu artinya
pemerintahan tentara di bawah Shogun)
A.
Masa Keshogunan
Sejak pemerintahan Shogun
Tokugawa (pada abad ke-17), Jepang melakukan politik isolasi (artinya
menarik diri dari pengaruh asing–Barat). Politik isolasi ini mulai
dijalankan oleh Iyeyashu Tokugawa (1639) dan diteruskan oleh para
penggantinya. Tujuan politik isolasi untuk menjamin tetap tegaknya
pemerintahan Shogun dan mencegah masuknya pengaruh asing
(Barat). Selama Jepang menutup diri, dunia Barat terus melaju pesat dengan
industri dan teknologinya. Untuk itu bangsa-bangsa Barat membutuhkan daerah pasaran hasil industri. Amerika Serikat, merupakan salah satu bangsa Barat yang ingin masuk ke Jepang untuk membuka hubungan dagang.
industri dan teknologinya. Untuk itu bangsa-bangsa Barat membutuhkan daerah pasaran hasil industri. Amerika Serikat, merupakan salah satu bangsa Barat yang ingin masuk ke Jepang untuk membuka hubungan dagang.
Pada tahun 1846, Amerika Serikat
mengirimkan utusannya ke Jepang di bawah pimpinan Laksamana Biddle,
tetapi ditolak oleh Shogun. Pada tahun 1853, mengirimkan lagi utusannya
lengkap dengan kapal perangnya di bawah pimpinan Matthew CommodorePerry.
Perry menghadap Shogun dan meminta agar Jepang mau membuka kota-kota
pelabuhannya untuk perdagangan internasional. Pemerintah Jepang
minta waktu untuk memikirkan permintaan Amerika Serikat. Perry
beserta rombongan kembali ke Amerika.
Pada tahun 1854, rombongan Perry
lengkap dengan tujuh kapal perangnya mendarat lagi di Yedo,
dan berhasil memaksa Shogun Iyesada (1853–1858) untuk menandatangani
Perjanjian Kanagawa (31 Maret 1854) yang isinya kota pelabuhan Shimoda dan
Hokodate dibuka untuk perdagangan asing. Dengan demikian, runtuhlah
politik isolasi Jepang sehingga negara tersebut terbuka untuk bangsa
asing. Sejak saat itu, Jepang menyadari akan ketinggalannya dengan
bangsabangsa Barat. Yang menjadi sasaran kemarahan rakyat Jepang
ialah pemerintahan Shogun. Yoshinobu dipaksa turun takhta dan
menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Mutsuhito (Kaisar Meiji) pada
tanggal 8 September 1867. Secara resmi Kaisar Meiji memerintah Jepang dari
tanggal 25 Januari 1868 sampai dengan 30 Juli 1912.
B.
Nasionalisme
Jepang
Terbukanya
Jepang bagi bangsa asing yang disusul dengan runtuhnya kekuasan Shogun dan
tampilnya Kaisar Meiji (Meiji Tenno), menandai bangkitnya nasionalisme
Jepang. Pada tanggal 6 April 1868, Meiji Tenno memproklamasikan Charter
Outh (Sumpah Setia) menuju Jepang baru yang terdiri atas lima pasal,
seperti berikut:
1.
Akan dibentuk
parlemen.
2.
Seluruh bangsa
harus bersatu untuk mencapai kesejahateraan.
3.
Adat istiadat
yang kolot dan yang menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan.
4.
Semua jabatan terbuka untuk siapa saja.
5.
Mendapatkan ilmu
pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan bangsa dan negara.
Untuk mencapai cita-cita tersebut
maka Meiji Tenno melaksanakan pembaharuan (restorasi). Itulah sebabnya
Kaisar Meiji kemudian dikenal dengan Meiji Restorasi. Restorasi yang
dilakukan meliputi segala bidang, yakni politik, ekonomi, pendidikan dan
militer.
1.
Bidang Politik
Langkah
pertama yang diambil oleh Meiji Tenno ialah memindahkan ibu kota dari
Kyoto ke Yedo yang kemudian diganti menjadi Tokyo (yang berarti ibu kota
timur). Selanjutnya, diciptakan bendera kebangsaan Jepang Hinomoru dan dan
lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo. Shintoisme dikukuhkan sebagai agama
nasional. Jabatan shogun dan daimyo dihapuskan (1868) dan
samurai dibubarkan. Para daimyo kemudian diangkat menjadi pegawai
negeri, sedangkan para samurai dijadikan tentara nasional. Di bawah
pimpinan Ito Hirobumi (kemudian dikenal Bapak Konstitusi Jepang) pada
tahun 1889 berhasil disusun konstitusi Jepang.
2.
Bidang Ekonomi
Pembangunan
di bidang ekonomi, meliputi bidang
pertanian, perindustrian, dan perdagangan, namun yang paling berhasil di bidang perindustrian dan perdagangan. PerdaganganJepang maju pesat berkat dumping policy. Di bidang industri muncul golongan baru yang disebut Zaibatsu yang terdiri atas keluarga Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan Jassuda.
pertanian, perindustrian, dan perdagangan, namun yang paling berhasil di bidang perindustrian dan perdagangan. PerdaganganJepang maju pesat berkat dumping policy. Di bidang industri muncul golongan baru yang disebut Zaibatsu yang terdiri atas keluarga Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan Jassuda.
3.
Bidang pendidikan
Sistem
pendidikan di Jepang meniru sistem pendidikan Barat.
Dasar moral yang diajarkan di semua sekolah ialah Shintoisme dan
Budhisme. Pada tahun 1871, dibentuklah Departemen Pendidikan.
Selanjutnya pada tahun 1872 dikeluarkan Undang-Undang Pendidikan yang mewajibkan belajar untuk anak-anak umur 6–14 dan bebas uang sekolah. Sistem pendidikannya semimiliter.
Dasar moral yang diajarkan di semua sekolah ialah Shintoisme dan
Budhisme. Pada tahun 1871, dibentuklah Departemen Pendidikan.
Selanjutnya pada tahun 1872 dikeluarkan Undang-Undang Pendidikan yang mewajibkan belajar untuk anak-anak umur 6–14 dan bebas uang sekolah. Sistem pendidikannya semimiliter.
4.
Bidang Militer
Dalam
pembaharuan angkatan perang yang mempunyai peranan besar ialah keluarga Choshu
dan Satsuma. Keluarga Choshu menangani pembaharuan Angkatan Darat dengan
mencontoh Prusia (Jerman), sedangan keluarga Satsuma menangani pembaharaun
Angkatan Laut dengan mencontoh Inggris. Bersamaan dengan modernisasi
angkatan perang ini dihidupkan kembali ajaran bushido sebagai jiwa
kemiliteran.
C.
Jepang Muncul
sebagai Negara Imperialis
Restorasi telah berhasil
mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara Jepang. Jepang menjadi
negara maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara Barat. Hal ini kemudian
menimbulkan ambisi untuk melakukan imperialisme seperti negara-negara
Barat. Faktor-faktor yang mendorongnya:1.
·
Adanya
pertambahan penduduk yang cepat.
·
Adanya
perkembangan industri yang begitu pesat, butuh daerah pasaran dan bahan
mentah.
·
Adanya pembatasan
migran Jepang yang dilakukan oleh negara-negara Barat.
·
Pengaruh ajaran
Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga), di mana Jepang
terpanggil untuk memimpin bangsa-bangsa di dunia (Asia-Pasifik).
Ambisi imperialisme Jepang
menyebabkan Jepang terlibat dalam peperangan. Untungnya, dalam setiap
peperangan Jepang selalu mendapatkan kemenenangan. Perang Cina–Jepang I
(1894–1895)dimenangkan oleh Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian
Shimonoseki (1895). Hasilnya, Jepang memperoleh Kepulauan Pescadores dan
Taiwan. Perang Rusia–Jepang (1904–1905) dimenangkan oleh pihak Jepang
dan diakhiri dengan Perjanjian Portsmouth (1905). Hasilnya Jepang
mendapatkan Shakalin Selatan dan menggantikan posisi Rusia di
Manchuria. Kemenangan Jepang ini memberikan pengaruh yang besar bagi
tumbuhnya nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika. Dalam Perang
Dunia I, Jepang juga ikut terlibat perang dan memihak kepada Sekutu.
Jepang berhasil menyapu pasukan-pasukan Jerman di Cina ataupun di Pasifik.
Itulah sebabnya setelah perang berakhir dengan kekalahan di pihak Jerman,
Jepang memperoleh daerah bekas jajahan Jerman, seperti Shantung (di Cina),
Kepulauan Marshal, Mariana, dan Caroline (di Pasifik).Dengan demikian, sampai
dengan berakhirnya Perang Dunia I, Jepang telah berhasil menguasai banyak
daerah. Jepang telah muncul menjadi negara besar (the great powers).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar